RUMBIA

Rumbia (Metroxylon sagu) atau disebut juga (pohon) sagu adalah nama sejenis palma penghasil tepung sagu. Nama-nama lainnya di berbagai daerah di Sumatra dan Sulawesi adalah rumbieurembierembirembiaurambiahambiahumbialumbiarombiarumpia . Di Maluku dikenal sebagai ripialipialepialapialapaiahula atau huda. Di Jawa, ambulungbulung(am)bulutembulu (Jw.), bhulung (Md.), dan ki ray (Sd.). Di Banda, pohonnya disebut dengan romiho, sementara tepungnya disebut sangyera. Di Makassar pohonnya disebut rambiya dan tepungnya disebut palehu. Di negara-negara tetangga dikenal sebagai balau (Sarawak), lumbia, lăbi (Filipina), thagu bin (Burma), sa kuu (Kamboja), dan sa khu (Thailand), dan Sago Palm (Ingg.)

KEGUNAAN

Dari empulur batangnya dihasilkan tepung sagu, yang merupakan sumber karbohidrat penting bagi warga kepulauan di bagian timur Nusantara. Pelbagai rupa makanan pokok dan kue-kue diperbuat orang dari tepung sagu ini. Sagu dipanen tatkala kuncup bunga (mayang) telah keluar, namun belum mekar sepenuhnya. Umur panenan ini bervariasi menurut jenis kultivarnya, yang tercepat kira-kira pada usia 6 tahun.

Pati yang terdapat dalam empulur sagu sering digunakan sebagai bahan makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia, seperti Maluku, Papua, Riau dan Sulawesi karena mengandung karbohidrat yang tinggi. Pati sagu mengandung sekitar 27% amilosa dan 73% amilopektin, dan pada kosentrasi yang sama pati sagu mempunyai viskositas tinggi dibandingkan dengan larutan pati dari serelia lainnya. Sagu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan yang antara lain dapat diolah menjadi bahan makanan seperti mutiara sagu, kue kering, mie, biskuit, dan kerupuk.

BATANG

Batang pohon sagu digunakan sebagai tempat penyimpanan pati selama masa pertumbuhan, sehingga semakin berat dan panjang batang sagu semakin banyak pati yang terkandung di dalamnya. Pada umur panen 10–12 tahun, berat batang sagu dapat mencapai 1,2 ton. Berat kulit batang sagu sekitar 17-25%, sedangkan berat empulurnya sekitar 75-83% dari berat batang. Pada umur 3-5 tahun, empulur batang sagu hanya sedikit mengandung pati, akan tetapi pada umur 11 tahun empulur sagu mengandung 15-20% pati.

DAUN

Daun tua dari pohon yang masih muda merupakan bahan atap yang baik; pada masa lalu bahkan rumbia dibudidayakan (dalam kebon-kebon kiray) di sekitar Bogor dan Banten untuk menghasilkan atap rumbia ini. Dari helai-helai daun ini pun dapat dihasilkan semacam tikar yang disebut kajang. Daun-daunnya yang masih kuncup (janur) dari beberapa jenisnya dahulu digunakan pula sebagai daun rokok, sebagaimana pucuk nipah Kulit batang bagian luar yang keras (ruyung) digunakan sebagai bahan bangunan.

Umbutnya, dan juga buahnya yang seperti salak, dimakan orang. Buah ini memiliki rasa sepat, sehingga untuk menghilangkan kelatnya itu buah rumbia biasa direndam dulu beberapa hari di lumpur atau di air laut sebelum dikonsumsi.[3] Tempayak dari sejenis kumbang, yang biasa hidup di batang dan umbut rumbia yang mati, disukai orang -dari Jawa hingga Papua- sebagai sumber protein dan lemak yang gurih dan lezat.

Rebusan akarnya mengandung beberapa senyawa aktif seperti flavanoid, alkaloid, saponin dan tanin, sehingga berpotensi memiliki daya anti-mikroba. Sementara itu, karena umumnya hutan-hutan atau kebun sagu -khususnya di Papua- dipertahankan sebagai sumber pangan lokal, maka hutan-hutan itu juga berpotensi sebagai penyerap karbon

Mungkin Anda Akan Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lihat Ini
Berita
Karir
Menu Kami